Pencarian

Custom Search

Sejarah ERP - Enterprise Resource Planning

Konsep ERP berawal sejak adanya inventory dalam melakukan bisnis inventory management yang mulai dikenal dan diterapkan di Eropa sejak awal tahun 1880. Inventory management muncul dari perubahan pada praktek manufaktur dalam perusahaan-perusahaan, dari yang memiliki produk homogen sampai perusahaan  yang terintegrasi secara vertikal dengan diversitas tinggi dalam hal proses dan produknya. Keberadaan inventory dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan, yaitu dalam bentuk skala ekonomi. Tekanan finansial di perusahaan-perusahaan mulai mengharuskan adaptasi inventory management yang baik. Dari keharusan tersebut, sejak tahun 1990 Inventory Management mulai berkembang.




Sekitar tahun 1960-an dengan ditemukannya komputer banyak perubahan terjadi pada inventory Management Bill of Material Processor (BOMP) mulai digunakan, yaitu sistem dengan bantuan komputer yang berguna untuk mempermudah pengolahan dan pelacakan material atau persediaan. IBM, sebuah perusahaan komputer, mulai mengembangkan perangkat lunak yang berfungsi untuk merencanakan dan mengolah inventory.

Sejak tahun 1970-an, perangkat lunak ini berkembang pesat baik tingkat adopsi maupun fungsi yang ditawarkan, dan istilah Material Requirement Planning (MRP) mulai umum digunakan. Penggunaan MRP mengakomodir kemajuan besar dalam proses perencanaan material. MRP membantu meningkatkan efisiensi dengan menghtung berapa banyak material yang diperlukan untuk membuat sekian jumlah produk, membandingkan dengan material yang ada, dan menentukan kapan material harus didatangkan. Dengan MRP, pertanyaan "kapan" untuk membeli material dapat terjawab sejak ditemukannya Inventory Management . Sebelum MRP, material hanya didatangkan secara reaktif dan menunggu sampai terjadinya kekurangan material. MRP membawa perusahaan-perusahaan pengadopsinya ke penghematan biaya, kualitas produk dan produktivitas keseluruhan yang lebih baik secara signifikan.

Melihat keuntungan-keuntungan dari penerapan MRP, banyak perusahaan-perusahaan mulai menggunakan MRP. Seiring dengan banyak pengguna MRP, kompleksitasnya juga bertambah. Namun, kelemahan MRP segera disadari, yaitu tidak dipertimbangkannya kapasitas produksi. Untuk memperhitungkan kapasitas produksi dalam perencanaan material, modifikasi sistem MRP perlu dibuat. Dari modifikasi MRP ini, muncul sistem baru dengan istilah closed top MRP pada tahun 1970-an.

Pada tahun 1980-an, unsur finansial mulai memasuki perencanaan material. Sejalan dengan pergeseran material barang setengah jadi, aset material akan menurun sementara nilai aset barang setengah jadi akan meningkat dalam buku akutansi perusahaan. Demikian halnya ketika barang setengah jadi telah terkonversi menjadi barang jadi atau produk akhir, aset barang jadi akan meningkat dengan aset barang setengah jadi menurun. Saat barang dijual, aset barang jadi akan menurun sementara account receivable akan meningkat. Dengan terintegrasinya unsur finansial ke dalam perencanaan material ini, maka kompleksitas pengolahan informasi inventory semakin bertambah. Daya komputasi mesin komputer pada saat itu mampu menangani kebutuhan tersebut. Dari sini, MRP berevolusi dengan tambahan unsur finansial menjadi sistem dengan istilah Manufacturing Resource Planning (MRP II). Pada pertengahan tahun 1980-an, selain perencanaan material dan perencanaan finansial, MRP II mulai memasukkan perencanaan penjualan juga.

Pada awal tahun 1990, kompetisi di pasar semakin menuntut kecepatan dan efisiensi operasi yang semakin tinggi pula. Informasi menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan yang baik. Manajemen informasi tunggal dan terintegrasi diperlukan untuk tujuan tersebut. Sistem MRP II berevolusi lagi menjadi sistem yang mengintegrasikan seluruh fungsi-fungsi perusahaan. Sistem ini disebut Enterprise Resource Planning (ERP). Sejak tahun 1990-an, ERP berkembang sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi komputer dan jaringan. ERP dapat menghasilkan peningkatan efisiensi dalam segala aspek fungsional perusahaan yang signifikan bagi perusahaan yang mengimplementasikan sistem tersebut dengan baik. ERP mencakup kemampuan dan keuntungan yang dibawa oleh sistem-sitem pendahulunya, seperti perencanaan material dan inventory, perencanaan kapasitas, dan penyimpangan informasi finansial atau akutansi. Tambahannya, ERP memungkinkan terbentuknya sistem jaringan komunikasi antar departemen atau individu dalam perusahaan, desain produk, dan pertukaran informasi dengan cakupan global dan secara real-time.

Komentar

Postingan Populer